Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Penyakit Pada Ayam dan Unggas

Macam penyakit ayam :

1. Penyakit Snot
Penyakit Snot Atau Coryza Di Sebabkan Oleh Bakteri Haemophillus Gallinarum. Penyakit Snot Dapat Menyerang Ayam Semua Umur Dan Terutama Menyerang Anak Ayam, Biasanya Penyakit ini Muncul Akibat perubahn Musim Dan Banyak Di Temukan Di Daerah Tropis. Perubahan Musim Biasanya Akan Mempengaruhi Angka Kesehatan Ayam Morbiditas Kawanan Unggas Bervariasi Antara 1-30%. Moralitas Atau Angka Kematian Yang Di Timbulkan Oleh Penyakit Mencapai 30%.

Cara Penularan
Bakteri Haemophillus Gallinarum Hanya Dapat Bertahan Diluar Di induk Memang Tidak Lebih Dari 12 Jam Penularan Penyakit ini, Dan Dapat Menular Melalui Kontak Langsung Dengan Ayam Yang Sakit Juga, Dapat Melelui Udara, Debu, Wadah Pakan, Dan Petugas Kandang.
Gejala Klinis
Ayam Secara Klinis Yang Telah Terinfeksi Menunjukan Tanda Sebagai Berikut
Pengeluaran Cairan air Mata ( Mata Berbusa ).
Ayam Terlihat Mengatuk Dengan Sayap Turun Dan Mengantung.
Keluar Lendir Dari Hidung, Kental Berwarna Kuning Dan Bebau Khas.
Pembengkaan Di Daerah Sinus Infra Orbintal.
Ada Kerak Di Dalam Hidung.
Napsu Makan.
Ayam Ngorok Dan Sukar Bernafas.
Pertumbuhan Melamban ( Kecentet ).
Perubahan Patologi
Pada Kasus Ini Patut Di Jumpai Konjungtivitis dan Peradangan Pada Kelopak Mata ( Periorbital Fascia ). Pada Kasus Kronis Di Jumpai Sinusitis Yang Bersifat Serosa Sampai Kaseosa.
Diagnosis
Bakteri Haemophillus Gallinarum Dapat Diisolasi Dari Swab Sinus Ayam Yang Menderita Penyakit Akut. Isolasi Laboraturium Dapat Di Lakukan Dengan Menggunakan Plat Agar Darah Yang Telah Di Gores Staphylococcus Sp Dan Di Inkubasi Dalam Suasa Anaerob.
Diferential Diagnosa
Diagnosa Bagi Penyakit Coryza Adalah Mikoplamosis atau Chronic Respiratori Disease (CDR) Dan Infectious Laryngotracheitis (ILT).

Pengobatan
Pengobatan Penyakit Snot Pada Unggas Adalah Dengan Pemberian Preparat Sulfat Seperti Sulfadimethoxine Atau Sulfathazole. Pemberian Sulfonamida Dapat Di kombinasikan Dengan Tetrasiklin Untuk Mengobati Coryza Dan Dapat Di Berikan Lewat Air Minum Atau Di Suntikan Secara Intramuskular. Perhatikan Penarikan Waktu Pada Ayam Petelur Karena Obat Tersebut Dapat Mengkontaminasi Telur Dan Kualitas Dari Kerabang Telur.
Pengendalian
Upaya Pencegahan Yang Dapat Di Lakukan Adalah Dengan Menjaga Kebersihan Kandang Dan Lingkungan Dengan Baik. Kandang Sebaiknya Terkena Matahari Langsung Sehingga Mengurangi Kelembaban. Kandang Yang Lembah Dan Basah Memudahkan Timbulnya Penyakit ini.

2. Penyakit Ngorok Atau Chronic Respiratory Disease ( CDR )
Penyakit Biasa Juga Di Sebut Juga Dengan Chronic Respiratory Disease ( CDR ) atau Mikoplamosis atau Sinusitis atau Air Sac.Penyakit Cronic Respiratory Disease Di Sebabkan oleh Bakteri Microplasma Galisepticum. Biasanya Menyerang Ayam Usia 4-9 Minggu. Penularan Terjadi Melalui Kontak Langsung,Peralatan Kandang,Makan Dan Minum,Manusia,Telur Tetas atau DOC yang Terinfeksi.
Faktor Prediposisi Atau Faktor Pendukung
Kondisi Kandang Yang Lembab
Kepadatan Kandang Yang Terlalu Tinggi
Litter Yang Kering
Kadar Amonia Yang Terlalu Tinggi
Cara Penularan
Penularan Penyakit Terjadi Baik Vertikal Maupun Horizontal. Secara Vertikal Dapat Melalui Induk yang Menularkan Penyakit Melalui Telur Dan Horizontal Disebabkan Dari Ayam yang Sakit ke Ayam yang Sehat. Penularan-penularan Tidak Langsung Dapat Melalui Kontak Dengan Tempat Peralatan, Wadah Pakan, Hewan Liar Maupun Petugas Kandang.
Gejala Klinis
Ngorok Basah, Adanya Leleran Hidung Lengket Dan Terdapat Eksudat Berbuih Pada Mata, Ayam Suka Mengeleng gelengkan Kepala. Pada Kasus Kronis Mengakibatkan Kekurusan Dan Kekurangan Cairan Bernanah Dari Hidung.
Pengobatan
Pengobatan CDR Pada Ayam yang Sakit Dapat Di Berikan Baytrit 10% Peroral, Mycomas Dengan Dosis 0,5 ml/L Air Minun. Tetracolin Secara Oral Atau Bacytracyn yang Di Berikan Pada Air Minum.
Pencegahan
Membeli Ayam Baik Indukan, Pejantan, maupun Anakan yang Benar-terbebas Dari Penyakit CDR. Menjaga Kebersihan dan Tingkat Kelembaban Kandang Dan Area Ayam.

3.Penyakit Infectious Laryngotracheitis (ILT)
Infectius Laryngotracheitis atau (ILT) Merupakan Penyakit Kontagius Pada Saluran Pernafasan yang di Ricikan Dengan Kesulitan Bernafas, Menjulurkan Leher Karena Kesulitan Bernafas, Konjungtifitas, Adanya Iflamasi yang Mengelilingi Membran Mata. Penyakit Ini Di Sebabkan Oleh Herpes Virus. yang Mampu Hidup 8-10 Hari Pada Leleran, Lebih Dari 70 hari di dalam Karkas, Kemudian Dapat Hidup Lebih Dari 80 Hari Pada Eksudat ( Tracea atau Saluran Pernafasan ) Dalam Kondisi Alami. Penyakit Ini Berlangsung Selama 2-6 Minggu Dalam Flok, Dan Lebih Lama Di Banding Penyakit Respirasi Viral yang Lainnya.

Sejarah Kedokteran Hewan

Pada masa peradaban kuno, hewan yang paling diperhatikan kesehatannya adalah kuda, karena mereka banyak dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan peperangan (bagian dari pasukan kavaleri). Lama-kelamaan, kesehatan sapi dan hewan ternak lainnya mulai diperhatikan.
Anjing baru mendapatkan fokus pada zaman modern, saat perekonomian dunia mulai tumbuh dan peperangan mulai berhenti, yang kemudian disusul oleh hewan kesayangan lainnya. Saat anjing dan kucing telah menjadi kesayangan yang umum dipelihara, beberapa orang kemudian mencoba memelihara hewan eksotik di rumah.
Interaksi antara hewan dan manusia telah berlangsung selama ribuan tahun. Dimulai saat manusia pertama kali bertemu dengan hewan dan berusaha menjinakkan mereka.

Zaman Prasejarah

Pada awal masa kehidupan, hewan hidup secara liar di habitatnya masing-masing, terpisah dengan manusia. Ilmu sejarah mengajarkan pada kita bahwa pada zaman batu, manusia hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Di era ini, hewan-hewan liar diburu oleh manusia untuk dijadikan makanan.
Saat zaman berubah menjadi zaman bertani dan bercocok tanam, manusia mengubah gaya hidup menjadi agraris. Mereka tak lagi menggantungkan seluruh hidupnya dengan cara berburu hewan dan memetik tumbuhan. Manusia mulai berpikir untuk merawat dan mengembangkannya sendiri di lingkungan mereka Orang-orang melihat bahwa hewan liar dapat dimanfaatkan untuk membantu kehidupan. Sejak saat itu dimulailah masa domestikasi hewan dan tumbuhan.
Secara sederhana, domestikasi adalah suatu usaha untuk menjadikan hewan (atau tumbuhan) dapat hidup dan tinggal bersama-sama dengan manusia.
Berbagai penelitian arkeologis dan genetis menyatakan bahwa anjing adalah spesies hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Hewan ini didomestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu. Sementara itu, bangsa Mesir kuno yang sangat menjunjung tinggi kucing, diperkirakan melakukan domestikasi pada kucing pada tahun 8000 SM.
Ada beberapa poin penting yang harus dicatat sehubungan dengan proses domestikasi hewan :
  1. Seekor hewan dikatakan sebagai hewan domestik apabila ia mampu hidup, tinggal dan berkembang biak di lingkungan kehidupan manusia.
  2. Hewan domestik berasal dari satwa yang hidup liar di alam.
  3. Satwa liar masih bersifat buas, sedangkan hewan domestik lebih toleran terhadap manusia.
  4. Pada hewan domestik telah terjadi perubahan sifat secara genetis sehingga ia berbeda dengan nenek moyangnya yang liar dan buas.
  5. Apabila hewan domestik berkembang biak, keturunan yang dihasilkannya harus memiliki sifat yang sama dengan induknya. Bersikap lebih tenang dan toleran terhadap manusia.
Berbagai spesies hewan pun didomestikasi oleh berbagai peradaban di berbagai belahan bumi. Sejak saat itu, tubuh dan kesehatan hewan mulai diperhatikan. Baik sebagai usaha untuk mengobati penyakit hewan, atau sebagai bahan studi perbandingan dengan tubuh manusia.

Zaman Pertengahan

Aristoteles, salah satu dari tiga filosof terbesar Yunani kuno, dikenal sebagai bapak kedokteran hewan karena ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian mendalam mengenai hewan. Aristoteles meneliti berbagai jenis hewan. Mencatat hal-hal yang ia temukan. Menuliskan hasil penelitiannya itu dalam berbagai buku-bukunya, yang dijadikan acuan untuk pengembangan ilmu selanjutnya.
Aristoteles menulis banyak buku yang selanjutnya digunakan selama ratusan tahun sebagai dasar ilmu pengetahuan dalam memahami hewan. Beberapa judul buku yang ditulisnya antara lain the history of animals, the parts of animals, dan the generation of animals. Namun karyanya dalam bidang biologi yang paling besar adalah The Ladder of Life. Buku yang mengelompokkan hewan menjadi berbagai tingkatan, ibarat sebuah tangga, berdasarkan fungsi dan kompleksitas tubuhnya.
Aristoteles membagi hewan dan tumbuhan dalam 11 kelompok anak tangga. Semakin kompleks makhluk hidup tersebut, semakin tinggi pula posisinya. Tumbuhan berada pada posisi paling bawah. Bagian tengah diisi oleh hewan yang bertelur. Bagian atas diisi oleh hewan yang melahirkan. Sedangkan manusia berada pada puncak tangga tersebut.
Walaupun klasifikasi Aristoteles ini tergolong tidak akurat jika dibandingkan dengan pengetahuan masa kini. Namun hasil kerjanya menjadi dasar utama teori ilmiah pada sejarah ilmu biologi. Jauh sebelum munculnya tokoh seperti Darwin dan Linnaeus.

Ashoka the Great, salah satu emperor terbesar India, merupakan penguasa yang sangat peduli dengan kesejahteraan seluruh rakyatnya, baik manusia maupun hewan. Sebagai penguasa, ia menyediakan pelayanan medis pada manusia dan hewan, mendirikan klinik untuk manusia dan hewan secara berdampingan, melarang pemotongan dan konsumsi sapi dan hewan-hewan lainnya, terutama bagi keluarga kerajaan.
Di bawah pemerintahan Ashoka, Mauryan Empire dikenal sebagai “Salah satu dari sedikit pemerintahan di dunia yang memperlakukan hewan sebagai rakyatnya, dengan memberi mereka perlindungan yang sama terhadap manusia”.

Zaman Modern

Walaupun berbagai buku tentang anatomi, fisiologi, dan taksonomi hewan telah ditulis dan dipelajari, namun usaha untuk menjadikan kedokteran hewan sebagai bidang ilmu formal dan profesi yang legal, baru dimulai sejak abad ke-18. Usaha ini dirintis oleh seorang bangsawan Prancis yang bernama Bourgelat.

Claude Bourgelat (1712-1779) adalah orang yang mendirikan sekolah kedokteran hewan pertama di dunia, yang terletak di Lyon, Prancis. Bourgelat adalah seorang ahli kuda. Karena ketertarikan dan pengetahuannya yang mendalam mengenai kuda, ia diangkat menjadi direktur akademi berkuda Lyon. Bourgelat juga belajar tentang metodologi ilmiah untuk melakukan pembedahan, meneliti anatomi kuda. Bekerja sama dengan para dokter bedah di Lyon.
Dari sini, ia melihat bahwa terdapat banyak kesamaan antara tubuh manusia dan hewan, sehingga ia mempertimbangkan kemungkinan adanya profesi dokter hewan. Ia akhirnya aktif dalam kegiatan ilmuwan. Menjadi penulis artikel-artikel tentang kuda di ensiklopedia Prancis.
Pada saat itu, abad ke-18. Penyakit-penyakit pada hewan ternak melanda benua Eropa. Salah satu penyakit yang sedang mewabah adalah cattle plague atau rinderpest. Bourgelat akhirnya berhasil meyakinkan Raja Louis XV, penguasa absolut Prancis saat itu, akan pentingnya mendirikan sekolah dokter hewan, untuk memberi pendidikan kepada masyarakat tentang ilmu kedokteran hewan, yang akan menguntungkan negara dalam memerangi penyakit seperti rinderpest ini.
Sang raja lalu mengabulkan permintaannya. Pada tahun 1761, Bourgelat diberi sebidang tanah di Lyon untuk mendirikan sekolah kedokteran hewan dan ia sendiri ditunjuk menjadi direkturnya. Sejak saat itu dimulailah usaha dalam menggali dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan pengobatan penyakit pada hewan domestik. Dimulai dari Lyon, lalu ke Alford (daerah kecil dekat Paris), dan kemudian menyebar ke kota-kota lain di daratan Eropa, hingga ke seluruh dunia.

Penyakit Pada Hewan Burung

1. Penyakit Jamur (Candida)

Gambar Burung Terkena Penyakit Jamur 
Candida merupakan genus jamur yang dapat menyebabkan infeksi jamur (candidiasis) pada manusia dan hewan termasuk semua spesies burung pada segala usia dimana terjadi pertumbuhan jamur secara berlebihan atau abnormal pada sistem pencernaan terutama pada tembolok. Gejala atau tanda penyakit ini adalah terjadinya luka putih di sekitar mulut burung, muntah-muntah, kurang nafsu makan, kurang bergairah dan terjadi iritasi pada kulit.
Penyebab terjadinya penyakit jamur ini dikarenakan burung kekurangan vitamin A dan faktor lingkungan kurang sehat dimana kandang serta makanan dan minuman burung mengandung jamur. Untuk itu disarankan untuk membersihkan kandang burung secara teratur dan memberikan makanan dan minuman yang bebas jamur atau memberikan terapi antibiotik secara berkala. Cara mengobati infeksi jamur ini dapat dilakukan dengan memberikan obat anti jamur seperti nystatin, diflucan dan ketoconazole dalam bentuk cairan atau tablet kecil yang diberikan ke burung lewat oral (mulut).

2. Virus Polyoma (Polyomavirus)













Polyomavirus merupakan virus yang sangat kecil dan tidak mempunyai lapisan lipoprotein yang sering jadi penyebab virus penyebab tumor pada manusia dan hewan yang menyebabkan terjadi pertumbuhan sel kanker, replikasi DNA dan terlibat dalam pemrosesan protein. Pada burung, virus ini akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan tali ekor dan sayap termasuk menyerang organ lain secara bersamaan dan beresiko menyebabkan kematian. Pada umumnya virus polyoma menyerang burung peliharaan yang dikandangkan termasuk burung beo, bayan atau betet pada usia antara 14 sampai 56 hari.
Gejala-gejala burung terinfeksi virus ini akan muncul 10 sampai 14 hari setelah terkena infeksi dimana virus akan menurunkan kekebalan tubuh burung sehingga beresiko terkena serangan mikro organisme lain seperti virus, bakteri dan jamur yang menyebabkan terjadinya infeksi ganda. Ciri-ciri burung mengalami infeksi virus polyoma adalah nyeri pada bagian abdomen, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, stress atau depresi, dehidrasi, terjadi keanehan pada ekor burung dan sering mengeluarkan air seni.
Penyebab penyakit ini adalah karena kontak dengan burung yang sudah terkena infeksi atau feses, udara dan lingkungan yang buruk. Pemberian vaksin secara berkala dapat mencegah penyakit ini disamping menerapkan metode higienes untuk lingkungan burung termasuk kebersihan kandang. Untuk pengobatannya, biasanya diberikan terapi atau obat anti virus untuk membunuh perkembangan virus dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh pada burung.

3. Penyakit Bulu dan Paruh (PBFD)

Burung Betet dengan Penyakit Bulu dan Paruh 
Psittacine beak and feather disease (PBFD) merupakan penyakit pada bulu dan paruh burung betet atau beo akibat serang virus dari family circoviridae yang menyebabkan pertumbuhan bulu terganggu dan terjadinya kematian secara prematur pada jaringan sel. Gejala atau tandanya adalah burung kehilangan bulu, pertumbuhan dan bentuk bulu yang abnormal termasuk gangguan pertumbuhan paruh. Penyakit ini tidak mempunyai obat.
Untuk mencegah penyakit ini dengan melakukan karantina terhadap burung jika ditemukan burung lain mengalami penyakit ini. Dapat juga dilakukan tes DNA, biopsi dan tes darah untuk mendeteksi spesies burung yang rawan terkena infeksi virus ini. Terdapat beberapa spesies burung yang beresiko mengidap penyakit PBFD seperti burung makaw, kakak tua, beo abu-abu Afrika, burung cinta (lovebirds), lorikeet, nuri bayan dan parkit India.

4. Psittacosis

Burung Merpati dengan Infeksi Bakteri Klamidia 
Disebut juga sebagai penyakit burung betet, psittacosis merupakan penyakit menular disebabkan infeksi bakteri klamidia, Chlamydophila psittaci yang terjadi pada beberapa spesies burung yang tertular dari burung beo atau bayan seperti makaw, cockatiel, kesturi, merpati atau dara, camar, burung gereja dan jenis burung lainnya. Penyakit ini juga dapat menular kepada manusia dan hewan lain.
Burung yang mengidap penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu. Pada umumnya tanda-tanda yang umum terjadi adalah burung kelihatan lesu, susah bernafas, radang pada bagian mata dan terjadi diare. Untuk mendiagnosa penyakit ini, burung sebaiknya diobati oleh dokter hewan atau diberikan obat antibiotik secepatnya. Karena burung ini sangat menular, burung yang didiagnosa mengidap penyakit ini harus dikarantina sampai sembuh atau tidak menunjukkan gejala tertentu.

5. Penyakit Proventricular Dilatation (PDD)

Burung Beo dengan Penyakit Proventricular Dilatation 
Penyakit ini menyerang ordo burung bayan atau betet (psittaciformes) dan nama penyakit ini diberikan karena burung akan mengalami peningkatan bentuk dan ukuran bagian perut. Penyakit PDD ini terbagi dalam 2 tipe. Jenis pertama adalah gangguan pada saluran pencernaan seperti proventikulus (lambung depan) dan usus. Jenis kedua yaitu gangguan saraf yang mempengaruhi sistem saraf pusat dan otak burung. Kedua jenis gangguan ini dapat bersamaan terjadi.
Gejala-gejala yang timbul adalah burung sakit tiba-tiba, muntah, kurang nafsu makan dan diare dimana kotorannya masih mengandung makanan yang tidak dicerna seperti biji-bijian. Penyebab penyakit ini tidak diketahui dengan pasti karena gejala yang timbul akan terlihat setelah hitungan bulanan atau tahunan setelah burung terkena infeksi virus.
Cara mengobatinya adalah dengan memberikan makanan yang mudah dicerna burung sehingga memaksimalkan jumlah nutrisi yang mampu diserap tubuh burung yang mengalami sakit. Disamping itu diusahakan menciptakan lingkungan yang bersih pada kandang agar mencegah burung terkena infeksi dari mikro organisme lain karena sistem kekebalan tubuhnya menurun. Dapat juga diberikan obat anti peradangan dengan dosis yang tinggi untuk mengurangi infeksi atau radang pada sistem saraf.

Penyakit Yang Menyerang Anjing

Rabies
Rabies atau Penyakit anjing gila merupakan Penyakit yang paling ganas pada hewan karena dapat membunuh hewan yang terkena Penyakit ini dan dapat pula menular pada manusia.

Tiga golongan mengenai Penyakit ini:
  1. Stadium Melancholium yang mengakibatkan anjing terlihat gelisah, kehilangan selera minum danmakan.
  2. Stadium Exitatie yang dalam beberapa hari saja dapat membuat anjing menggigit apa saja , lalu kabur sampai beberapa jauh kilometer.
  3. Stadium Paraltycum yang dalam waktu seminggu dapat membuat anjing menjadi lumpuh dan mati.

Anjing biasanya harus mendapat Vaksinasi Rabies pada umur 5 bulan.

Leptospirosis
Penyakit infeksi ini tidak bisa dianggap ringan . Pembawa Penyakit ini biasanya merupakan kuman yang terdapat di air kencing tikus. Leptospirosis sangat berbahaya sehingga memerlukan perhatian anda terhadap Penyakit infeksi ini .

Gejala-gejala dari penderita Penyakit ini antara lain adalah demam, lamban atau tidak bersemangat , sakit pada otot-otot serta diare.

Anjing yang terkena Penyakit ini sebaiknya segera dibawa ke dokter hewan untuk penanganan lebih lanjut.

Untuk mencegah Penyakit ini sebaiknya anda memberi Vaksinasi leptospirosis sebelum anjing berumur 3 bulan.

Canine Distemper
Radius penyebarannya dapat mencakup seluruh dunia, cara penularan Penyakit ini melalui sentuhan, dan udara. Biasanya menyerang anjing pada usia muda dan anjing dewasa yang daya tahan tubuhnya tidak baik. Penyakit ini memiliki angka kematian yang tertinggi , yakni 80% penderita .

Gejala-gejalanya : demam, gelisah, tidak nafsu makan, mencret, keluar cairan ingus, batuk dan radang paru-paru. Kadang ditemukan bintik-bintik merah pada kulit.. Tanda-tanda pada syaraf meliputi kejang otot, kejang gagau, dan kelumpuhan .

Anjing harus sudah mendapatkan Vaksinasi Distemper sebelum berusia 3 bulan.

Parvo virus
Penyebaran Penyakit ini sama dengan Penyakit Canine Distemper. Hanya 10 % dari penderita Penyakit ini yang bisa bertahan hidup. Gejalanya anjing mengalami diare dan muntah karena virus ini menyerang pada bagian pencernaan. Penyakit ini hampir sama dengan Penyakit muntaber pada manusia. Anjing akan kehilangan banyak cairan , muntah darah dan berak darah.

6 Jenis Penyakit Yang Sering Menyerang Kucing

6. Sakit Mata

Cara Menyembuhkan Sakit Mata Pada Kucing 
Penyakit atau masalah kesehatan pada kucing sering disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah konjungtivitas (radang pada selaput mata), katarak, glaucoma, trauma, serangan virus, penyakit retina dan radang lainnya. Gejala-gejala sakit mata pada kucing adalah mata berair, bulu mata sering basah, mata sayu, terdapat garis merah atau putih di kelopak mata, kotoran di sudut mata, mata juling, dan binatang ini sering menggaruk-garuk matanya.
Cara pengobatannya tergantung penyebab penyakit mata. Untuk infeksi bakteri biasanya diobati dengan menggunakan antibiotik dalam bentuk cairan tetes. Jika anda tidak penyebab masalah kesehatan ini, tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah membersihkan kotoran yang ada pada mata kucing anda dengan kapas pembersih atau cotton bud.

5. Diare

Penyebab Utama Diare Pada Kucing 
Terdapat beberapa faktor dapat menyebabkan diare pada kucing seperti hairball (kumpulan bulu rontok), makanan kurang bersih, elergi, infeksi, sakit pada hati, kanker dan penyebab lainnya. Biasanya gejalanya disertai oleh feses yang berair dan mencret. Tergantung penyebabnya, diare ini biasanya berlangsung selama hitungan hari, minggu atau bulanan.
Jika kucing peliharaan anda mengalami diare, sebaiknya berikan air minum yang segar untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan sebaiknya buanglah makanan kucing yang dikonsumsi kucing sebelumnya. Jika terjadi muntah-muntah, tinja atau feses berdarah, letargi atau kurang nafsu makan pada kucing anda, sebaiknya bawalah ke dokter hewan terdekat jika anda tidak tau cara mengobatinya.

4. Infeksi Cacing Pita

Pengobatan Cacing Pita Pada Kucing 
Infeksi cacing pita bisa menyerang usus kucing dan bisa tumbuh dengan panjang 2 kaki. Gejala infeksi ini bisa berbeda pada tiap jenis kucing dan tidak terlihat. Akan tetapi gejala umum adalah muntah-muntah dan berat badan turun drastis. Sebaiknya anda memperhatikan pada anus atau feses kucing anda apakah terlihat cacing pita atau tidak. Biasanya bentuk cacing ini akan terlihat seperti butiran beras atau biji-bijian.
Cara merawat infeksi dapat dilakukan melalui metode seperti memberikan obat melalui mulut atau suntikan (injeksi). Infeksi ini biasanya disebabkan kucing menelan atau memakan kutu. Jadi sebaiknya anda juga harus mengatasi masalah kutu pada binatang peliharaan ini.

3. Masalah Kutu

Cara Menghilangkan Kutu Pada Kucing Persia 
Kutu merupakan masalah eksternal yang sering mengganggu kesehatan binatang peliharaan. Namun hal ini biasanya mudah ditangani oleh pemiliknya. Gejala atau tanda kucing mempunyai kutu adalah
– Banyak kotoran dari kutu pada kulit kucing yang membuat kulitnya terdapat bintik berwarna coklat atau hitam
– Kucing suka menggaruk dan menjilat kulit atau bulunya
– Terjadi iritasi pada kulit atau kulit memerah
– Bulu sering rontok
– Terjadi infeksi pada bagian tertentu di kulit kucing
Kutu mampu hidup lebih dari satu tahun pada tubuh kucing dan akan mengisap darahnya sehingga kucing peliharaan anda beresiko mengidap penyakit anemia. Sebaiknya anda harus menemukan cara yang efektif dan terbaik untuk menghilangkan kutu pada hewan ini. Cara terbaik adalah dengan memberikan obat melalui oral (mulut), memberikan bedak, shampo dan semprotan spray.

2. Penyakit Saluran Kencing Bagian Bawah

Penyebab Kencing Berdarah Pada Kucing 
Penyakit saluran kencing bagian bawah pada kucing (kencing berdarah) atau feline lower urinary tract disease (FLUTD) sering terjadi pada kucing dengan statistik 1 dari 10 kucing yang dirawat oleh dokter hewan terjadi akibat penyakit ini. Kucing betina dan jantan sama-sama beresiko mengidap penyakit ini yang menyebabkan kucing mengalami gejala seperti susah buang air kecil, air seni berdarah, kucing membuang air kecil di sembarang tempat, kucing cenderung menjilat pada bagian uretra, depresi, dehidrasi dan nafsu makan menurun.
Penyebab penyakit pada kucing ini adalah terjadi batu pada kandung kemih, makanan terlalu banyak kandungan magnesium, infeksi bakteri dan gangguan pada uretral kucing. Segeralah bawa kucing anda ke dokter hewan terdekat jika anda mengamati hewan ini kesulitan untuk buang air kecil. Metode pengobatannya yang dilakukan biasanya adalah pemberian obat antibiotik, perubahan pola makan, sering memberikan minum dan lain-lain.

1. Muntah-Muntah

Penyebab Muntah-Muntah Pada Kucing 
Muntah-muntah merupakan penyakit yang sering dialami kucing termasuk jenis kucing Persia, yang pada umumnya disebabkan makanan kurang sehat, beracu, infeksi, diabetes atau penyakit saluran kencing bagian bawah. Gejala-gejala umumnya adalah sering mengeluarkan air liur dan perut terlihat turun naik. Penyakit ini dapat segera menyebabkan kucing anda mengalami dehidrasi. Muntah-muntah dan penyakit regurgitasi mungkin sulit dibedakan. Untuk itu, sebelum membawa kucing anda ke dokter hewan, sebaiknya anda juga membawa muntahan kucing anda supaya analis dilakukan dengan cepat.

Dokter Hewan

Meski di banyak negara dokter hewan dianugerahi gelar dokter dan menerima pelatihan lanjut dalam praktik kedokteran hewan, banyak bidang kerja yang terbuka bagi mereka dengan gelar dokter hewan selain dari praktik klinik. Mereka yang bekerja di lingkungan klinik sering praktik dokter dalam bidang spesifik, seperti kedokteran "hewan kesayangan", kedokteran ternak, kuda (mis. olahraga, balapan, pertunjukan, rodeo), kedokteran hewan laboratorium, atau kedokteran reptil atau mereka berspesialisasi dalam bidang kedokteran seperti pembedahan, dermatologi, atau kedokteran dalam, setelah pelatihan dan sertifikasi pascasarjana.

Banyak dokter hewan mengikuti pelatihan pascasarjana dan memasuki karier penelitian dan telah menyumbang banyak kemajuan dalam banyak bidang kedokteran manusia dan hewan, termasuk farmakologi. Dokter hewan peneliti pertama kali mengisolasi onkovirus, sprsies Salmonella, Brucella, dan bermacam agen patogen lainnya. Dokter hewan menentukan ciri-ciri agen penyebab penyakit botulisme; menciptakan antikoagulan yang digunakan untuk mengobati penyakit jantung manusia; dan mengembangkan teknik pembedahan untuk manusia, seperti penggantian pinggul, tungkai dan organ transplan.

Seperti dokter lainnya, dokter hewan harus membuat keputusan etika serius mengenai perawatan pasiennya. Sebagai contoh, ada debat dalam profesi ini mengenai etika declaw kucing dan pengaitan dan pemotongan ekor dan telinga, seperti dalam perumahan induk babi dalam masa kehamilan.
 
Copyright © 2014. Dokter Hewan Menangani Masalah Penyakit Hewan - All Rights Reserved - Design by Dokter Irfan