1. Penyakit Jamur (Candida)
Candida
merupakan genus jamur yang dapat menyebabkan infeksi jamur
(candidiasis) pada manusia dan hewan termasuk semua spesies burung pada
segala usia dimana terjadi pertumbuhan jamur secara berlebihan atau
abnormal pada sistem pencernaan terutama pada tembolok. Gejala atau
tanda penyakit ini adalah terjadinya luka putih di sekitar mulut burung,
muntah-muntah, kurang nafsu makan, kurang bergairah dan terjadi iritasi
pada kulit.
Penyebab terjadinya penyakit jamur ini dikarenakan burung kekurangan
vitamin A dan faktor lingkungan kurang sehat dimana kandang serta
makanan dan minuman burung mengandung jamur. Untuk itu disarankan untuk
membersihkan kandang burung secara teratur dan memberikan makanan dan
minuman yang bebas jamur atau memberikan terapi antibiotik secara
berkala. Cara mengobati infeksi jamur ini dapat dilakukan dengan
memberikan obat anti jamur seperti nystatin, diflucan dan ketoconazole
dalam bentuk cairan atau tablet kecil yang diberikan ke burung lewat
oral (mulut).
2. Virus Polyoma (Polyomavirus)
Polyomavirus merupakan virus yang sangat kecil dan tidak mempunyai lapisan lipoprotein yang sering jadi penyebab virus penyebab tumor pada manusia dan hewan yang menyebabkan terjadi pertumbuhan sel kanker, replikasi DNA dan terlibat dalam pemrosesan protein. Pada burung, virus ini akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan tali ekor dan sayap termasuk menyerang organ lain secara bersamaan dan beresiko menyebabkan kematian. Pada umumnya virus polyoma menyerang burung peliharaan yang dikandangkan termasuk burung beo, bayan atau betet pada usia antara 14 sampai 56 hari.
Gejala-gejala burung terinfeksi virus ini akan muncul 10 sampai 14
hari setelah terkena infeksi dimana virus akan menurunkan kekebalan
tubuh burung sehingga beresiko terkena serangan mikro organisme lain
seperti virus, bakteri dan jamur yang menyebabkan terjadinya infeksi
ganda. Ciri-ciri burung mengalami infeksi virus polyoma adalah nyeri
pada bagian abdomen, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, stress
atau depresi, dehidrasi, terjadi keanehan pada ekor burung dan sering
mengeluarkan air seni.
Penyebab penyakit ini adalah karena kontak dengan burung yang sudah
terkena infeksi atau feses, udara dan lingkungan yang buruk. Pemberian
vaksin secara berkala dapat mencegah penyakit ini disamping menerapkan
metode higienes untuk lingkungan burung termasuk kebersihan kandang.
Untuk pengobatannya, biasanya diberikan terapi atau obat anti virus
untuk membunuh perkembangan virus dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh
pada burung.
3. Penyakit Bulu dan Paruh (PBFD)
Psittacine
beak and feather disease (PBFD) merupakan penyakit pada bulu dan paruh
burung betet atau beo akibat serang virus dari family circoviridae yang
menyebabkan pertumbuhan bulu terganggu dan terjadinya kematian secara
prematur pada jaringan sel. Gejala atau tandanya adalah burung
kehilangan bulu, pertumbuhan dan bentuk bulu yang abnormal termasuk
gangguan pertumbuhan paruh. Penyakit ini tidak mempunyai obat.
Untuk mencegah penyakit ini dengan melakukan karantina terhadap
burung jika ditemukan burung lain mengalami penyakit ini. Dapat juga
dilakukan tes DNA, biopsi dan tes darah untuk mendeteksi spesies burung
yang rawan terkena infeksi virus ini. Terdapat beberapa spesies burung
yang beresiko mengidap penyakit PBFD seperti burung makaw, kakak tua,
beo abu-abu Afrika, burung cinta (lovebirds), lorikeet, nuri bayan dan
parkit India.
4. Psittacosis
Disebut
juga sebagai penyakit burung betet, psittacosis merupakan penyakit
menular disebabkan infeksi bakteri klamidia, Chlamydophila psittaci yang
terjadi pada beberapa spesies burung yang tertular dari burung beo atau
bayan seperti makaw, cockatiel, kesturi, merpati atau dara, camar,
burung gereja dan jenis burung lainnya. Penyakit ini juga dapat menular
kepada manusia dan hewan lain.
Burung yang mengidap penyakit ini biasanya tidak menunjukkan
gejala-gejala tertentu. Pada umumnya tanda-tanda yang umum terjadi
adalah burung kelihatan lesu, susah bernafas, radang pada bagian mata
dan terjadi diare. Untuk mendiagnosa penyakit ini, burung sebaiknya
diobati oleh dokter hewan atau diberikan obat antibiotik secepatnya.
Karena burung ini sangat menular, burung yang didiagnosa mengidap
penyakit ini harus dikarantina sampai sembuh atau tidak menunjukkan
gejala tertentu.
5. Penyakit Proventricular Dilatation (PDD)
Penyakit
ini menyerang ordo burung bayan atau betet (psittaciformes) dan nama
penyakit ini diberikan karena burung akan mengalami peningkatan bentuk
dan ukuran bagian perut. Penyakit PDD ini terbagi dalam 2 tipe. Jenis
pertama adalah gangguan pada saluran pencernaan seperti proventikulus
(lambung depan) dan usus. Jenis kedua yaitu gangguan saraf yang
mempengaruhi sistem saraf pusat dan otak burung. Kedua jenis gangguan
ini dapat bersamaan terjadi.
Gejala-gejala yang timbul adalah burung sakit tiba-tiba, muntah,
kurang nafsu makan dan diare dimana kotorannya masih mengandung makanan
yang tidak dicerna seperti biji-bijian. Penyebab penyakit ini tidak
diketahui dengan pasti karena gejala yang timbul akan terlihat setelah
hitungan bulanan atau tahunan setelah burung terkena infeksi virus.
Cara mengobatinya adalah dengan memberikan makanan yang mudah dicerna
burung sehingga memaksimalkan jumlah nutrisi yang mampu diserap tubuh
burung yang mengalami sakit. Disamping itu diusahakan menciptakan
lingkungan yang bersih pada kandang agar mencegah burung terkena infeksi
dari mikro organisme lain karena sistem kekebalan tubuhnya menurun.
Dapat juga diberikan obat anti peradangan dengan dosis yang tinggi untuk
mengurangi infeksi atau radang pada sistem saraf.
1 komentar:
Sore dok,mau nanya elang saya punya luka dibagian sayap dan bengkat seperti daging yg bergumpal,tp tdk bernana.penyakit apa dan obatnya apa dok.??terimah ksih
Balas